BAB IX
Usaha kecil dan menengah
a.
Definisi
Usaha kecil dan menengah ( UKM ) adalah jenis usaha yang
paling banyak jumlahnya di Indonesia , tetapi saat ini batasan mengenai
kriteria usaha kecil di Indonesia masih beragam . Pengertian kecil dalam usaha
kecil bersifat relative, sehingga perlu ada batasan yang dapat menimbulkan
definisi-definisi dari berbagai segi.
Menurut M.Tohar dalam bukunya Membuat Usaha Kecil (1999:2)
definisi usaha kecil dari berbagi segi adalah sebagai berikut :
1.
Berdasarkan
total asset
Pengusaha
kecil adalah pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp.200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan dalam membuat usaha.
2.
Berdasarkan
total penjualan
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil total
penjualan bersih/tahun paling banyak Rp.1.000.000.000.
3.
Berdasarkan
status kepemilikan
Pengusaha kecil adalah pengusaha berbentuk perseorangan yang
bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya termasuk
koperasi.
Adapun pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menurut
beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1.
Menurut Departemen Keuangan
Usaha kecil adalah usaha produksi milik keluarga atau
perorangan WNI yang memiliki asset penjualan paling banyak Rp. 1 miliar /
tahun.
2.
Menurut Menteri Negara Koperasi dan UKM
Usaha kecil adalah usaha milik WNI baik perorangan maupun
berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp.200.000.000
dan mempuyai nilai output Rp.1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri.
3.
Menurut Bank Dunia ( World Bank )
Usaha kecil adalah usaha gabungan atau usaha keluarga dengan
tenaga kerja kurang dari 100 orang, termasuk di dalamnya usaha yang hanya
dikerjakan oleh satu orang yang sekaligus bertindak sebagai pemilik. Usaha
kecil merupakan usaha untuk mempertahankan hidup yang kebutuhan
keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman berskala kecil.
4.
Menurut ILO ( International Labour Organization )
Usaha kecil adalah usaha yang mempekerjakan maksimal 10
orang dan menggunakan teknologi sederhana, asset minim dan kemampuan manajerial
rendah serta tidak membayar pajak.
Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dari berbagai
literatur memiliki beberapa persamaan, sehingga dari pendapat-pendapat tersebut
dapat diambil satu kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) adalah
sebuah perusahaan baik berbadan hukum atau tidak , yang memiliki tenaga kerja
1-100 orang lebih, milik WNI dengan total penjualan maksimal Rp.1 miliar/tahun.
b.
Perkembangan Jumlah
Unit dan Tenaga Kerja di UKM
Selama tahun 1997-2001 jumlah unit usaha dari semua skala
mengalami peningkatan sebesar 430.404 unit dari 39.767.207 unit tahun 1997,
menjadi 40.197.611 unit tahun 2001. Secara parsial, kelompok unit usaha yang
paling banyak adalah usaha kecil, yang jumlahnya tahun 1997 sebesar 39,7 juta unit
lebih dan tahun 2001 diperkirakan mencapai 40 juta unit lebih. Saat krisis
ekonomi mencapai klimaksnya pada tahun 1998, usha dari semua kategori mengalami
pertumbuhan negatif, yang mana jumlah usaha kecil sendiri berkurang hampir 3
juta unit atau pertumbuhan sekitar -7,4%. sedangkan, usaha menengah dan usaha
bersama mengalami pertumbuhan negatif lebih besar, yakni masing-masing 14,2%
dan 12,7%. Perbedaan ini mengidentifikasi bahwa usaha menengah dan usaha
bersama mengalami efek negatif lebih besar dibandingkan usaha kecil dari krisis
ekonomi.
Jumlah unit UKM bervariasi menurut sektor, dan terutama
usaha kecil terkonsentrasi di pertanian, peternakan,kehutanan, dan perikanan.
Tahun 1997, jumlah usaha kecil di sektor tersebut tercatat 22.511.588 unit, dan
tahun 1998 jumlahnya meningkat menjadi 23.097.871 unit, atau tumbuh 2,6%
(dibandingkan usaha menengah yang tumbuh 1,2%) Variasi ini erat kaitanya dengan
sifat alamiah yang berbeda antarsektor, misal dalam aspek-aspek pasar (voleme,
struktur, dan sistem atau pola persaingan, perubahan harga, dan sistem
distribusi); ketersedian input, kebutuhan dan ketersediaan teknologi, SDM dan
modal, kebijakan sektoral dan ekonomi makro, dan bentuk serta tingkat
persaingan antara sesama UKM dan antara UKM dengan usaha bersama dan
produk-produk impor.
Secara teori, perbedaan kinerja UKM di sektor pertanian
dengan kinerja UKM di sektor industri pengolahan dapat dijelaskan dengan
pendekatan analisis dari sisi penawaran dan sisi permintaan. Dari sisi
penawaran, UKM di sektor pertanian (atau usaha pertanian pada umumnya) tidak
mengalami supply bottleneck akibat depresi rupiah seperti yang banyak dialami
oleh UKM di sektor industri pengolahan. Alasan utamanya adalah karena UKM di
sektor pertanian tidak terlalu tergantung pada impor bahan baku dan
inputlainnya dan juga tidak pada kredit perbankan;
sedangkan di sektor industri pengolahan banyak sekali UKM
yang memakai bahan baku, alat-alat produksi dan input lainnya yang diimpor,
serta yang membiayai produksinya dengan pinjaman dari bank atau daru usaha
bersama lewat program-program kemitraan usaha yang dipelopori pemerintah pada
zaman Soeharto. Selain itu, selama krisis banyak orang yang di PHK di sektor
industri pengolahan, kembali ke desa asalnya dan membuka pertanian skala kecil,
dan ini tentu menambah jumlah unit UKM di sektor tersebut. Dari sisi
permintaan,pasar domestik untuk komoditi-komoditi pertanian tetap
besar,sekalipun pada masa krisis karena orang tetap harus makan; sementara
pasar luar negeri semakin terbuka karena daya saing harga dari
komoditi-komoditi petanian di indonesia mengalami peningkatan pada saat nilai
tukar rupiah mengalami penurunan.
Distribusi jumlah unit menurut skala usaha dan sektor
menunjukkan bahwa di satu sisi, UKM memiliki keunggulan atas usaha bersama di
pertanian, dan di sisi lain, dilihat dari jenis produk yang dibuat, jenis
teknologi dan alat-alat produksi yang dipakai, dan metode produksi yang
diterapkan, UKM di Indonesia pada umumnya masih dari kategori usaha ‘primitif’.
Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan UKM di negara-negara seperti
Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan yang sangat unggul dalam produksi
barang-barang jadi maupun setengah jadi seperti komponen-komponen mesin,
otomotif, dan alat-alat elektronika.
UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam
penciptaan/pertumbuhan kesempatan kerja, menunjukan bahwa kelompok usaha ini
mengerjakan jauh lebih banyak orang dibandingkan jumlah orang yang bekerja di
usaha bersama.Pentingnya UKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan kesempatan kerja
di indonesia tidak hanya tercerminkan pada kondisi statis, yakni jumlah
orangyang bekerja di kelompok usaha tersebut yang jauh lebih banyak daripada
yang diserap oleh usaha bersama, tetapi juga dapat dilihat pada kondisi
dinamis, yakni dari laju kenaikannya setiap tahun yang lebih tinggi daripada di
usaha bersama. Di dalam kelompok UKM juga terdapat perbedaan antara usaha kecil
dan usaha menengah.
c.
Nilai Output dan
Nilai Tambah
Peran UKM di Indonesia dalam bentuk kontribusi output
terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB cukup besar, walaupun tidak sebesar
kontribusinya terhadap penciptaan kesempatan kerja. Kontribusi nilai output
atau nilai tambah terhadap pembentukan PDB jauh lebih besar dibandingkan
kontribusi dari usaha menengah. Akan tetapi, perbedaan ini tidak dikarenakan
tingkat produktivitas di usaha kecil lebih tinggi daripada di usaha menengah,
melainkan lebih didorong oleh jumlah unit dan tenaga kerja yang memang jauh
lebih banyak di usaha kecil dibandingkan di usaha menengah dan usaha bersama.
Dari data BPS (statistik Indonesia 2001) mengenai nilai
output dan nilai tambah dari usaha kecil di sektor industri manufaktur menurut
kelompok industri (kode 31 s/d 39), ada beberapa hal yang menarik. pertama,
nilai output atau nilai tambah bervariasi menurut subsektor, dan yang paling
banyak (seperti juga ditunjukan oleh data dari sumber lain) yakni makanan, dan
minuman, dan tembakau (31),tekstil dan produk-produknya (TPT), dan kulit serta
produk-produknya(32), dan kaqyu beserta produk-produknya (33), yang memberi
suatu kesan bahwa IK dan IMI pada umumnya lebih unggul di ketiga subsektor itu
dibandingkan di subsektor-subsektor lainnya. Kedua, di beberapa kelompok
industri seperti 31 dan 33, nilai output atau nilai tambah dari IMI lebih besar
dibandingkan IK.
Sedangkan hasil SUSI (2000) menyajikan data mengenai nilai
produk bruto (nilai output), biaya dan
upah serta gaji dari usaha tidak berbadan hukum. Dari selisih antara nilai
output dan biaya antara, bisa didapat suatu gambaran mengenai besarnya nilai
tambah yang diciptakan oleh kelompok usaha ini. Perdagangan besar,eceran, dan
rumah makan serta jasa akomodasi merupakan sektor dimana usaha tidak berbadan
hukum menghasilkan nilai output paling besar; disusul kemudian industri
pengolahan. Disektor terakhir ini, nilai output dari IMI sedikit lebih kecil
dibandingkan nilai output yang diciptakan oleh Ik. Didalam SUSI 2000, nilai
output dan perhitungan nilai tambahnya dari usaha tidak berbadan hukum juga di
jabarkan menurut wilayah.
d.
Ekspor
Selain kontribusinya terhadap pertumbuhan kesempatan kerja
dan sebagai salah satu sumber penting pendapatan, UKM di Indonesia juga sangat
diharapkan karena memang mempunyai potensi besar sebagai salah satu sumber
penting perkembangan (diversifikasi) dan pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor
manufaktur. Kemampuan UKM Indonesia untuk merealisasikan potensi eskspornya
ditentukan oleh suatu kombinasi dari sejumlah faktor-faktor keunggulan relatif
yang dimiliki UKM Indonesia atas pesaing-pesaingnya, baik dari dalam maupun
luar negeri. Dalam konteks ekonomi/ perdagangan internasional, pengertian dari
keunggulan relatif dapat didekati dengan keunggulan komperatif . Keunggulan
komporatif yang dimiliki usaha kecil Indonesia terutama sifatnya yang padat
karya (dan Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang besar), keterampilan
“Tradisional“ yang dimiliki pengusaha kecil (dan pekerja-pekerja) dalam mambuat
produk terutama barang-barang kerajinan (yang merupakan keterampilan masyarakat
yang sudah dimiliki lama dari generasi ke generasi), dan bahan baku yang
berlimpah (khususnya produk berbasis pertanian). Sayangnya Usaha kecil di
Indonesia relatif masih lemah terutama dalam SDM di banding manajemen,
pemasaran, proses produksi yang modern atau lebih maju (diluar produksi secara
tradisional), inovasi dan penguasaan teknologi.
Hasil SUSI 2000, memberikan fakta empiris mengenai banyaknya
usaha tidak berbadan hukum yang melakukan ekspor (secara langsung maupun tidak
langsung lewat perantara seperti pedagang, perusahaan perdagangan atau trading
houses). Dari survei ini ada dua hal yang menarik. Pertama, dari 14.948 unit
yang melakukan penjualan kepasar luar negri sebagian besar adalah dari kategori
IK (13.191 unit), pola distribusi ini memberi suatu indikasi bahwa Ik lebih
berorientasi ekspor dibandingkan IMI. Hal kedua yang menarik adalah bahwa dari
20.454 unit yang melakukan ekspor, tidak semuanya menjual 100% dari produk
mereka ke pasar luar negri. Ada yang mengekspor sebagian kecil saja dari produk
mereka dan sisanya dijual ke pasar domestic.
Hasil SUSI 2000 juga memberikan informasi mengenai
distribusi dari 20.454 unit yang melakukan ekspor menurut wilayah. Sebagian
besar terdapat di jawa dan Bali, seperti yang di bahas sebelumnya erat
kaitannya dengan kenyataan bahwa populoasi dari usaha kecil di Indonesia
terkonsentrasi di Jawa dan Bali. Hal yang menarik dari data ini bahwa tidak ada
satu unit pun di kalimantan dan maluku serta Irian jaya yang melakukan ekspor.
Hal ini memberi kesan usaha kecil di kawasan Barat lebih maju dan lebih
berorientasi ekspor dibandingkan rekannya dikawasan Timur (kecuali sulawesi dan
nusa tenggara yang jumlahnya relatif kecil).
e.
Prospek UKM Dalam
Era Perdagangan Bebas dan Globalisasi Perekonomian Dunia
Bagi setiap unit usaha dari semua skala dan di semua sektor
ekonomi, era
perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia di satu sisi akan menciptakan banyak kesempatan. Namun disisi lain akan menciptakan bamyak tantangan yang apabila tidak dapat dihadapi dengan baik akan menjelma menjadi ancaman. Bentuk kesempatan dan tantangan yang akan muncul tentu akan berbeda menurut jenis kegiatan ekonomi yang berbeda. Globalisasi perekonomian dunia juga memperbesar ketidakpastian terutama karena semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya produksi lainnya serta semakin terintegrasinya kegiatan produksi, investasi dan keuangan antarnegara yang antara lain dapat menimbulkan gejolak-gejolak ekonomi di suatu wilayah akibat pengaruh langsung dariketikstabilan ekonomi di wilayah lain.
perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia di satu sisi akan menciptakan banyak kesempatan. Namun disisi lain akan menciptakan bamyak tantangan yang apabila tidak dapat dihadapi dengan baik akan menjelma menjadi ancaman. Bentuk kesempatan dan tantangan yang akan muncul tentu akan berbeda menurut jenis kegiatan ekonomi yang berbeda. Globalisasi perekonomian dunia juga memperbesar ketidakpastian terutama karena semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya produksi lainnya serta semakin terintegrasinya kegiatan produksi, investasi dan keuangan antarnegara yang antara lain dapat menimbulkan gejolak-gejolak ekonomi di suatu wilayah akibat pengaruh langsung dariketikstabilan ekonomi di wilayah lain.
EVALUASI !
1.
Sebuah perusahaan baik berbadan hukum atau tidak , yang
memiliki tenaga kerja 1-100 orang lebih, milik WNI dengan total penjualan
maksimal Rp.1 miliar/tahun. Merupakan pengertian dari ....
a.
Koperasi
b.
UKM(Usaha Kecil dan Menengah )*
c.
BPK
d.
APBD
2.
Usaha gabungan atau usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang
dari 100 orang, termasuk di dalamnya usaha yang hanya dikerjakan oleh satu
orang yang sekaligus bertindak sebagai pemilik.Adalah pengertian Usaha Kecil dan Menengah menurut ....
a. Menteri Negara Koperasi dan UKM
b. Bank Dunia ( World Bank )*
c. Departemen Keuangan
d. ILO ( International Labour
Organization )
3.
UKM
di sektor pertanian (atau usaha pertanian pada umumnya) tidak mengalami supply
bottleneck akibat.... rupiah
seperti yang banyak dialami oleh UKM di sektor industri pengolahan.
a. Depresi*
b. Deplesiasi
c. Amortisasi
d. Dekontruksi
4. Kemampuan UKM Indonesia untuk merealisasikan potensi
eskspornya ditentukan oleh suatu kombinasi dari sejumlah faktor-faktor
keunggulan relatif yang dimiliki UKM Indonesia atas pesaing-pesaingnya, baik
dari dalam maupun luar negeri. Dalam konteks ekonomi/ perdagangan internasional, pengertian
dari keunggulan relatif dapat didekati dengan ....
a. Keunggulan
Komperatif*
b. Usaha kecil
dan menengah
c. Pemasaran
d. Perekonomian
5. semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya
produksi lainnya serta semakin
terintegrasinya kegiatan produksi, investasi dan keuangan antarnegara,menimbulkan....
a. Gejolak-gejolak
ekonomi di suatu wilayah akibat pengaruh langsung dariketikstabilan ekonomi di
wilayah lain*
b.
Gejolak-gejolak ekonomi di suatu wilayah akibat pengaruh global warming
c.
Gejolak-gejolak dalam politik
d.
Perekonomian menjadi melemah dalam semua sektor
BAB X
Perdagangan luar
Negeri
a.
Teori Perdagangan Internasional
I. TEORI KLASIK
- Absolute Advantage dari Adam
Smith
Teori
Absolute Advantage lebih mendasarkan pada besaran/variabel riil bukan moneter
sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya
tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga
kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (Labor Theory of
value )
Teori
absolute advantage Adam Smith yang sederhana menggunakan teori nilai tenaga
kerja, Teori nilai kerja ini bersifat sangat sederhana sebab menggunakan
anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogeny serta merupakan
satu-satunya factor produksi. Dalam kenyataannya tenaga kerja itu tidak
homogen, factor produksi tidak hanya satu dan mobilitas tenaga kerja tidak
bebas. dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: Misalnya hanya ada 2
negara, Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen
menghasilkan dua barang yakni gandum dan pakaian. Untuk menghasilkan 1 unit
gandum dan pakaian Amerika membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga
kerja. Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian masing-masing membutuhkan
tenaga kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.
Banyaknya
Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit
Produksi
|
Amerika
|
Inggris
|
Gandum
|
8
|
10
|
Pakaian
|
4
|
2
|
Dari
tabel diatas nampak bahwa Amerika lebih efisien dalam memproduksi gandum sedang
Inggris dalam produksi pakaian. 1 unit gandum diperlukan 10 unit tenaga kerja
di Inggris sedang di Amerika hanya 8 unit. (10 > 8 ). 1 unit pakaian di
Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit. Keadaan
demikian ini dapat dikatakan bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada
produksi gandum dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi pakaian.
Dikatakan absolute advantage karena masing-masing negara dapat menghasilkan
satu macam barang dengan biaya yang secara absolut lebih rendah dari negara
lain.
Kelebihan
dari teori Absolute advantage yaitu terjadinya perdagangan bebas antara dua
negara yang saling memiliki keunggulan absolut yang berbeda, dimana terjadi
interaksi ekspor dan impor hal ini meningkatkan kemakmuran negara. Kelemahannya
yaitu apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka
perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan.
- Comparative
Advantage : JS Mill
Teori
ini menyatakan bahwa suatu Negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor
suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang
yang dimiliki comparative diadvantage(suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
lebih murah dan mengimpor barang yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos
yang besar )
Teori
ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja
yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut. Contoh :
Produksi
10 orang dalam 1 minggu
Produksi
|
Amerika
|
Inggris
|
Gandum
|
6 bakul
|
2 bakul
|
Pakaian
|
10 yard
|
6 yard
|
Menurut teori ini
perdagangan antara Amerika dengan Inggris tidak akan timbul karena absolute
advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua. Tetapi yang
penting bukan absolute advantagenya tetapi comparative Advantagenya.
Besarnya
comparative advantage untuk Amerika , dalam produksi gandum 6 bakul disbanding
2 bakul dari Inggris atau =3 : 1. Dalam produksi pakaian 10 yard dibanding 6
yard dari Inggris atau 5/3 : 1. Disini Amerika memiliki comparative advantage
pada produksi gandum yakni 3 : 1 lebih besar dari 5/3 : 1.
Untuk Inggris,
dalam produksi gandum 2 bakul disbanding 6 bakul dari Amerika atau 1/3 : 1.
Dalam produksi pakaian 6 yard dari Amerika Serikat atau = 3/5: 1.
Comparative advantage ada pada produksi pakaian yakni 3/5 : 1 lebih besar dari
1/3 : 1. Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika dengan Inggris,
dengan spesialisasi gandum untuk Amerika dan menukarkan sebagian gandumnya
dengan pakaian dari Inggris. Dasar nilai pertukaran (term of Trade ) ditentukan
dengan batas – batas nilai tujar masing – masing barang didalam negeri.
Kelebihan untuk
teori comparative advantage ini adalah dapat menerangkan berapa nilai tukar dan
berapa keuntungan karena pertukaran dimana kedua hal ini tidak dapat
diterangkan oleh teori absolute advantage.
II. COMPARATIVE
COST DARI DAVID RICARDO
1.
Cost Comparative Advantage ( Labor efficiency )
Menurut teori cost
comparative advantage (labor efficiency), suatu Negara akan memperoleh manfaat dari
perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang dimana Negara tersebut dapat berproduksi relative lebih efisien serta
mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi relative kurang/tidak
efisien. Berdasarkan contoh hipotesis dibawah ini maka dapat dikatakan bahwa
teori comparative advantage dari David Ricardo adalah cost comparative
advantage.
Data Hipotesis Cost
Comparative
Negara Produksi
|
1 Kg gula
|
1 m Kain
|
Indonesia
|
3 hari kerja
|
4 hari kerja
|
China
|
6 hari kerja
|
5 hari kerja
|
Indonesia memiliki
keunggulan absolute dibanding Cina untuk kedua produk diatas, maka tetap dapat
terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan kedua Negara melalui
spesialisasi jika Negara-negara tersebut memiliki cost comparative advantage
atau labor efficiency.
Berdasarkan
perbandingan Cost Comparative advantage efficiency, dapat dilihat bahwa tenaga
kerja Indonesia lebih effisien dibandingkan tenaga kerja Cina dalam produksi 1
Kg gula ( atau hari kerja ) daripada produksi 1 meter kain ( hari bkerja) hal
ini akan mendorong Indonesia melakukan spesialisasi produksi dan ekspor gula.
Sebaliknya tenaga
kerja Cina ternyata lebih effisien dibandingkan tenaga kerja Indonesia dalam
produksi 1 m kain ( hari kerja ) daripada produksi 1 Kg gula ( hari kerja) hal
ini mendorong cina melakukan spesialisasi produksi dan ekspor kain.
2. Production
Comperative Advantage ( Labor produktifiti)
Suatu Negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi
produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif
lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi
relatif kurang / tidak produktif
Walaupun Indonesia
memiliki keunggulan absolut dibandingkan cina untuk kedua produk, sebetulnya
perdagangan internasional akan tetap dapat terjadi dan menguntungkan keduanya
melalui spesialisasi di masing-masing negara yang memiliki labor productivity.
kelemahan teori klasik Comparative Advantage tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat
perbedaan fungsi produksi antara 2 negara. Sedangkan kelebihannya adalah
perdagangan internasional antara dua negara tetap dapat terjadi walaupun hanya
1 negara yang memiliki keunggulan absolut asalkan masing-masing dari negara
tersebut memiliki perbedaan dalam cost Comparative Advantage atau production
Comparative Advantage.
Teori ini mencoba
melihat kuntungan atau kerugian dalam perbandingan relatif. Teori ini
berlandaskan pada asumsi:
- Labor Theory of Value, yaitu
bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan untuk menghasilkan barang tersebut, dimana nilai barang yang
ditukar seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk
memproduksinya.
- Perdagangna internasional
dilihat sebagai pertukaran barang dengan barang.
- Tidak diperhitungkannya biaya
dari pengangkutan dan lain-lain dalam hal pemasaran
- Produksi dijalankan dengan
biaya tetap, hal ini berarti skala produksi tidak berpengaruh.
Faktor produksi sama sekali tidak mobile antar negara. Oleh karena itu , suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi barang-barang dan mengekspornya bilamana negara tersebut mempunyai keuntungan dan akan mengimpor barang-barang yang dibutuhkan jika mempunyai kerugian dalam memproduksi.
Paham klasik dapat
menerangkan comparative advantage yang diperoleh dari perdagangan luar negeri
timbul sebagai akibat dari perbedaan harga relatif ataupun tenaga kerja dari
barang-barang tersebut yang diperdagangkan.
III. TEORI MODERN
Teori
Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan beberapa pola perdagangan dengan baik,
negara-negara cenderung untuk mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor
produksi yang relatif melimpah secara intensif
Menurut
Heckscher-Ohlin, suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain
disebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yaitu keunggulan
dalam teknologi dan keunggulan faktor produksi. Basis dari keunggulan
komparatif adalah:
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.
1. Faktor endowment, yaitu kepemilikan faktor-faktor produksi didalam suatu negara.
2. Faktor intensity, yaitu teksnologi yang digunakan didalam proses produksi, apakah labor intensity atau capital intensity.
A. The Proportional
Factors Theory
Teori modern
Heckescher-ohlin atau teori H-O menggunakan dua kurva pertama adalah kurva
isocost yaitu kurva yang menggabarkan total biaya produksi yang sama. Dan kurva
isoquant yaitu kurva yang menggabarkan total kuantitas produk yang sama.
Menurut teori ekonomi mikro kurva isocost akan bersinggungan dengan kurva
isoquant pada suatu titik optimal. Jadi dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal atau dengan biaya minimal akan diperoleh sejumlah produk
tertentu.
Analisis teori H-O
:
a.
Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh jumlah atau
proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing Negara
b.
Comparative Advantage dari suatu jenis produk yang dimiliki masing-masing
negara akan ditentukan oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang
dimilkinya.
c.
Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang tertentu karena negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif
banyak dan murah untuk memproduksinya
d.
Sebaliknya masing-masing negara akan mengimpor barang-barang tertentu karena
negara tersebut memilki faktor produksi yang relatif sedikit dan mahal untuk
memproduksinya
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
Kelemahan dari teori H-O yaitu jika jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara relatif sama maka harga barang yang sejenis akan sama pula sehingga perdagangan internasional tidak akan terjadi.
B. Paradoks
Leontief
Wassily Leontief
seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks, melalui study
empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta itu mengenai
struktur perdagangan luar negri (ekspor dan impor). Amerika serikat tahun 1947
yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks leontief
Berdasarkan
penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata
paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu :
a.
Intensitas faktor produksi yang berkebalikan
b.
Tariff and Non tariff barrier
c.
Pebedaan dalam skill dan human capital
d.
Perbedaan dalam faktor sumberdaya alam
Kelebihan dari
teori ini adalah jika suatu negara memiliki banyak tenaga kerja terdidik maka
ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu negara kurang memiliki
tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.
C. Teori
Opportunity Cost
Opportunity Cost
digambarkan sebagai production possibility curve ( PPC ) yang menunjukkan
kemungkinan kombinasi output yang dihasilkan suatu Negara dengan sejumlah
faktor produksi secara full employment. Dalam hal ini bentuk PPC akan
tergantung pada asusmsi tentang Opportunity Cost yang digunakan yaitu PPC
Constant cost dan PPC increasing cost
D. Offer
Curve/Reciprocal Demand (OC/RD)
Teori Offer Curve
ini diperkenalkan oleh dua ekonom inggris yaitu Marshall dan Edgeworth yang
menggambarkan sebagai kurva yang menunjukkan kesediaan suatu Negara untuk
menawarkan/menukarkan suatu barang dengan barang lainnya pada berbagai
kemungkinan harga.
Kelebihan dari
offer curve yaitu masing-masing Negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan
internasional yaitu mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
Permintaan dan penawaran pada faktor produksi akan menentukan harga factor produksi tersebut dan dengan pengaruh teknologi akan menentukan harga suatu produk. Pada akhirnya semua itu akan bermuara kepada penentuan comparative advantage dan pola perdagangan (trade pattern) suatu negara. Kualitas sumber daya manusia dan teknologi adalah dua faktor yang senantiasa diperlukan untuk dapat bersaing di pasar internasional. Teori perdagangan yang baik untuk diterapkan adalah teori modern yaitu teori Offer Curve.
b.
Perdagangan Ekspor
Indonesia
a.
Komoditi Ekspor Indonesia
Sepuluh komoditi
ekspor utama Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil
hutan, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif,
alas kaki, udang, kakao dan kopi. Namun, pasar internasional semakin kompetitif
sehingga sepuluh komoditas ekpor utama Indonesia terdiversifikasi. Komoditas
lainnya, yaitu makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan
rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis,minyak atsiri, peralatan
kantor dan tanaman obat.
Pada tahun 2011,
industri menyumbang US$ 122 miliar atau sebesar 60 persen dari total nilai
ekspor. Sektor nonmigas lainnya, yaitu pertanian dan pertambangan,
masing-masing menyumbang 2,54 persen dan 17,02 persen dari keseluruhan ekspor.
Sementara itu ekspor sektor migas hanya mencapai US$ 41 miliar atau sebesar
20,43 persen dari total ekspor.
Komposisi komoditas ekspor Indonesia tahun 2011
Komoditas
|
Nilai
|
Persentase
|
Hasil Industri non migas
|
US$ 122 miliar
|
60%
|
Industri Migas
|
US$ 41 miliar
|
20,43%
|
Pertambangan non migas
|
US$ 34 miliar
|
17,02%
|
Pertanian
|
US$3,1 miliar
|
2,54%
|
b.
Ekspor Indonesia dari tahun ke tahun
Ekspor
Indonesia setahun
|
Tahun
|
US$25,9 miliar
|
1990
|
US$36,50 miliar
|
1993
|
US$42,16 miliar
|
1994
|
US$47,75 miliar
|
1995
|
US$52,03 miliar
|
1996
|
US$56,16 miliar
|
1997
|
US$65,4 miliar
|
2000
|
US$58,7 miliar
|
2001
|
US$71,58 miliar
|
2004
|
US$85,56 miliar
|
2005
|
US$100.79 miliar
|
2006
|
US$114.10 miliar
|
2007
|
US$137,02 miliar
|
2008
|
US$116,5 miliar
|
2009
|
US$157,7 miliar
|
2010
|
US$203.62 miliar
|
2011
|
US$190.03 miliar
|
2012
|
c.
Tingkat
Daya Saing
Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan
keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Berdasarkan badan
pemeringkat daya saing dunia, IMD World Competitiveness Yearbook 2006,
posisi daya saing Indonesia sangat menyedihkan. IMD World Competitiveness
Yearbook (WCY) adalah sebuah laporan mengenai daya saing negara yang
dipublikasikan sejak tahun 1989. Pada tahun 2000, posisi daya saing Indonesia
menduduki peringkat 43 dari 49 negara. Tahun 2001 posisi daya saing Indonesia
semakin menurun, yaitu menduduki peringkat 46. Selanjutnya, tahun 2002 posisi
daya saingnya masih menduduki posisi bawah, yaitu peringkat 47. Lalu, tahun
2003, posisi daya saingnya malah makin terpuruk, yaitu menduduki peringkat 57.
Tahun 2004 menduduki peringkat 58. Tahun 2005 Indonesia menduduki posisi 58.
Tahun 2006 Indonesia telah menduduki posisi 60.
Tabel I.1 Posisi Daya Saing Indonesia
Negara
|
2000
|
2001
|
2002
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
USA
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Singapura
|
2
|
3
|
8
|
4
|
2
|
3
|
3
|
Malaysia
|
26
|
28
|
24
|
21
|
16
|
28
|
23
|
Korea
|
29
|
29
|
29
|
37
|
35
|
29
|
38
|
Jepang
|
21
|
23
|
27
|
25
|
23
|
21
|
17
|
Cina
|
24
|
26
|
28
|
29
|
24
|
31
|
19
|
Thailand
|
31
|
34
|
31
|
30
|
29
|
27
|
32
|
Indonesia
|
43
|
46
|
47
|
57
|
58
|
59
|
60
|
Sumber: IMD World
Competitiveness Yearbook (WCY)
Data pada tabel I.1
sungguh sangat memprihatinkan. Posisi daya saing yang cenderung makin menurun
membuktikan bahwa banyak hal yang perlu diperbaiki di negeri ini. Sebagai
negara yang memiliki wilayah daratan sebesar 1,9 juta kilometer persegi dan
luas wilayah lautan lebih dari 3,2 juta kilometer persegi, serta kekayaan
alamnya yang tersebar luas, sangat disayangkan karena daya saing Indonesia jauh
di bawah negara tetangga.
Faktor dalam
menentukan daya saing menurut IMD World Competitiveness Yearbook terbagi
menjadi 4 kategori yaitu, kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi
bisnis, infrastruktur. Setiap kategori memiliki beberapa kriteria. IMD World
Competitiveness Yearbook (WCY) memeringkat dan menganalisis kemampuan suatu
negara dalam menciptakan dan menjaga lingkungan di mana perusahaan dapat
bersaing. Persaingan akan membawa suatu negara lebih kompetitif dibandingkan
dengan negara lain.
Kinerja ekonomi
terdiri dari 77 kriteria mengenai evaluasi makro ekonomi domestik. Kriteria
kinerja ekonomi meliputi ekonomi domestik, perdagangan internasional, investasi
internasional, pengangguran dan harga.
Efisiensi
pemerintah terdiri dari 72 kriteria mengenai kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi iklim kompetitif. Kriteria efisiensi pemerintah meliputi keuangan
publik, kebijakan fiskal, kerangka kerja institusi, peraturan bisnis, dan
kerangka kerja sosial.
Efisiensi bisnis
terdiri dari 68 kriteria yang mempengaruhi kinerja perusahaan dalam inovasi,
keuntungan dan tanggung jawab. Kriteria efisiensi bisnis meliputi produktivitas
dan efisiensi, pasar tenaga kerja, pembiayaan, perilaku dan praktik manajemen.
Gambar I.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Permintaan Agregat
Indonesia
(2000 – 2005)
Sumber : Bank
Indonesia, diolah oleh DPKLTS Barasetra Pusat
Faktor
infrastruktur terdiri dari 95 kriteria yang berhubungan dengan segala kebutuhan
dasar untuk bisnis, teknologi, ilmiah, dan sumber daya manusia. Faktor
infrastruktur meliputi infrastruktur dasar, infrastruktur teknologi,
infrastruktur ilmiah, kesehatan, lingkungan dan pendidikan.
Grafik permintaan
agregat Indonesia yang ditunjukkan pada gambar I.1. Permintaan agregat adalah
total atau kuantitas agregat output yang bersedia dibeli pada tingkat harga
yang diberikan, hal-hal lainnya konstan (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Gambar
I.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi cenderung didominasi oleh konsumsi
dan impor. Jumlah ekspor dan investasi cenderung tidak stabil. Ekspor yang
tinggi akan sangat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk meningkatkan
ekspor, Indonesia harus memiliki daya saing di pasar perdagangan internasional
yang tinggi.
EVALUASI !
1.
Dapat menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan
karena pertukaran.Merupakan kelebihan dari ....
a.
Teori comparative advantage*
b.
Teori
Absolute Advantage
c.
Teori Masslow
d.
Teori
Opportunity Cost
2.
Basis
dari keunggulan komparatif adalah ....
a.
Faktor
endowment
b.
Faktor
intensity
c.
Jawaban a dan b salah
d.
Jawaban a dan b benar*
3.
Berdasarkan
penelitian lebiih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan ternyata
paradox liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu, kecuali ....
a.
Intensitas
faktor produksi yang berkebalikan
b.
Tariff
and Non tariff barrier
c.
Pebedaan
dalam skill dan human capital
d.
Perbedaan
dalam faktor sumberdaya alam dan bahan
baku*
4.
Berapakah Ekspor Indonesia pada tahun 2000?
a.
US$42,16
miliar
b.
US$137,02
miliar
c.
US$65,4
miliar*
d.
US$190.03
miliar
5.
Salah satu kriteria yang
menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional adalah....
a.
Daya Saing
b.
Tingkat Ekspor
c.
Tingkat Impor
d.
Bantuan Pemerintah
BAB XI
Neraca Pembayaran, Arus Modal Asing, dan Utang Luar Negeri
a.
Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas
transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Neraca
pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari
individu dan pemerintahasing, dan transaksi finansial. Umumnya neraca
pembayaran terbagi atas neraca transaksi berjalan (yang terdiri dari neraca
perdagangan, neraca jasa dan transfer payment) dan neraca lalu lintas modal dan
finansial, dan item-item finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan dalam dua
macam transaksi.
- Transaksi debit, yaitu
transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari dalam
negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut transaksi negatif (-), yaitu
transaksi yang menyebabkan berkurangnya posisi cadangan devisa.
- Transaksi kredit adalah
transaksi yang menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari luar negeri
ke dalam negeri. Transaksi ini disebut juga transaksi positif (+), yaitu
transaksi yang menyebabkan bertambahnya posisi cadangan devisa negara.
b. Arus Modal Asing
Arus modal asing bisa mendatangkan manfaat yang lebih besar ketimbang
risikonya jika dikelola dengan benar. Diperkirakan hingga akhir tahun ini arus
modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai sekitar US$25 miliar. Manfaat
tersebut antara lain, penurunan biaya bunga APBN, sumber investasi swasta,
pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal. Sementara
risikonya adalah terjadinya pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung
ekonomi. Pemerintah perlu lebih aktif lagi untuk mendorong perusahaan swasta
untuk masuk bursa lewat penawaran saham perdana (IPO) atau right issue.
kemudian, memperbanyak penerbitan obligasi negara dengan berbagai macam seri
dan jangka waktu.
c. Utang Luar Negeri 2014
- Utang
luar negeri (ULN) Indonesia pada Januari 2014 tercatat USD269,3 miliar
sehingga tumbuh 7,1% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan
Desember 2013 sebesar 4,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut
terutama dipengaruhi oleh kenaikan posisi ULN sektor swasta sebesar 12,2%
(yoy) menjadi USD141,4 miliar. Sementara itu, posisi ULN sektor publik
tumbuh sebesar 1,9% (yoy) menjadi USD127,9 miliar. Jika dibandingkan
dengan posisi bulan sebelumnya, ULN sektor swasta hanya tumbuh 0,6%,
sementara ULN sektor publik meningkat 3,5% * (mtm).
·
Berdasarkan
jangka waktu, kenaikan pertumbuhan ULN terutama terjadi pada ULN jangka
panjang. ULN berjangka panjang pada Januari 2014 tumbuh 7,1% (yoy), lebih
tinggi dari pertumbuhan bulan Desember 2013 sebesar 4,1% (yoy). Sementara itu,
ULN berjangka pendek tumbuh 7,0% (yoy), sedikit lebih lambat dibandingkan
dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,1% yoy. Pada Januari 2014, ULN
berjangka panjang tercatat sebesar USD222,8 miliar, atau mencapai 82,7% dari
total ULN. Dari jumlah tersebut, ULN berjangka panjang sektor publik
mencapai USD121,5 miliar (95,0% dari total ULN sektor publik), sementara ULN
berjangka panjang sektor swasta sebesar USD101,3 miliar (71,7% dari total ULN
swasta).
- Untuk ULN swasta, peningkatan pertumbuhan
terjadi pada ULN sektor finansial dan sektor pengangkutan &
komunikasi. ULN sektor swasta terutama terarah pada lima sektor
ekonomi, yaitu sektor keuangan (pangsa 26,5% dari total ULN swasta),
sektor industri pengolahan (pangsa 20,4%), sektor pertambangan dan
penggalian (pangsa 18,1%), sektor listrik, gas, dan air bersih (pangsa
11,6%), dan sektor pengangkutan dan komunikasi (pangsa 7,6%). Dari kelima
sektor tersebut, dua sektor yaitu sektor keuangan dan sektor pengangkutan
dan komunikasi mencatat kenaikan pertumbuhan pada Januari 2014
masing-masing sebesar 11,1% (yoy) dan 5,8% (yoy), dari bulan sebelumnya
sebesar 5,7% (yoy) dan 4,4% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ULN
sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan tumbuh
sebesar 20,4% (yoy) dan 11,7% (yoy), lebih lambat dari 26,1% (yoy) dan
12,1% (yoy) pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, ULN sektor listrik,
gas, dan air bersih masih mengalami kontraksi sebesar 1,7% (yoy).
- Bank Indonesia memandang perkembangan ULN tersebut masih cukup sehat dalam menopang ketahanan sektor eksternal tercermin pada posisi ULN Januari 2014 yang cukup terkendali di level 30,8% dari PDB.Peningkatan pertumbuhan ULN Januari 2014 antara lain tidak terlepas dari kebutuhan kebutuhan pembiayaan ekonomi, termasuk melalui utang luar negeri. Ke depan, Bank Indonesia akan terus memantau perkembangan ULN Indonesia, terutama ULN jangka pendek swasta, sehingga tetap optimal mendukung perekonomian Indonesia.
EVALUASI!
1. Suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun) adalah ....
a. Arus Kas masuk
b. Jurnal Penyesuaian
c. Neraca Pembayaran*
d. Utang Luar Negeri
2. Transaksi yang disebut juga sebagai transaksi negatif(-) adalah transaksi
....
a. Debit*
b. Kredit
c. Aktiva
d. Passiva
3. Salah satu risiko Arus Modal Asing adalah ....
a.
Pembalikan, tekanan penguatan rupiah dan gelembung ekonomi*
b.
Penurunan suku bunga terhadap rupiah
c.
Terjadi gejolak-gejolak dalam
pembangunan infrastruktur
d.
Krisis moneter yang dialami oleh
Indonesia
4. Utang luar negeri
(ULN) Indonesia pada Januari 2014 tercatat USD269,3 miliar sehingga tumbuh sebesar ....
a. 7,1%*
b. 7,0%
c. 6,9%
d. 6,8%
5. Bank Indonesia
memandang perkembangan ULN tersebut masih cukup sehat dalam menopang ketahanan
sektor eksternal tercermin pada posisi ULN Januari 2014 yang cukup terkendali
di level .... dari PDB
a. 30,7%
b. 40,5%
c. 30,8%*
d. 7,1%
sumber :
1. (sumber : https://yuniariani37.wordpress.com/2014/07/07/neraca-pembayaran-arus-modal-asingdan-utang-luar-negeri/)
2.(sumber : https://yuniariani37.wordpress.com/2014/07/07/neraca-pembayaran-arus-modal-asingdan-utang-luar-negeri/)
3.(sumber : https://yohanli.wordpress.com/2008/07/30/peningkatan-daya-saing-indonesia-di-dalam-perdagangan-internasional/)
4.